JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak di antara Anda menganggap masalah gigi berlubang sebagai hal sepele. Anda kerap mengabaikan kondisi tersebut hingga suatu hari muncul keluhan gigi terasa begitu menyakitkan.
Faktanya, kesehatan gigi memegang peranan penting sebagai salah satu gerbang kesehatan tubuh. Seperti disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Zaura Rini Anggraeni, kondisi gigi yang sehat dapat mencegah dan menghindari ancaman risiko infeksi. Sebaliknya, gigi yang berlubang berpotensi menyebabkan penyakit kronis dalam tubuh seperti infeksi pada ginjal, penyakit jantung, kelahiran prematur, radang sendi, hingga pra-kanker.
"Gigi berlubang harus mendapat perawatan. Karena jika terus dibiarkan akan menyebabkan infeksi. Infeksi ini menjadi faktor risiko bagi banyak gangguan kesehatan yang sistemik dan kronis seperti inflamasi katup jantung, radang sendi, alergi, kelahiran prematur sampai kanker," katanya dalam acara konferensi pere 'Bulan Kesehatan Gigi Nasional tahun 2012' di Jakarta, Rabu (5/9/2012).
Rini juga mengatakan mengutip data badan kesehatan WHO Oral Health Media Centre, April 2012, yang memperlihatkan sebanyak 60-90 persen anak usia sekolah dan hampir semua orang dewasa di seluruh dunia memiliki permasalahan gigi.
Dari data ini, hampir semua orang mengalami gigi berlubang rata-rata dua gigi. Semakin seseorang bertambah umur maka semakin banyak pula jumlah gigi berlubangnya. Dalam lingkup nasional, kesehatan gigi orang Indonesia memperlihatkan 70 - 80 persen masyarakat mengalami gigi berlubang.
Rini menjelaskan, bakteri pada gigi yang berlubang yakni Streptococcus dapat dengan mudah mengikuti aliran darah dan berhenti di organ tubuh yang susunannya cocok. Bakteri bisa berhenti di jantung, ginjal, atau paru-paru. Ketika berhenti di organ tubuh yang disuka, metabolisme bakteri Streptococcus akan mengeluarkan racun yang menyebabkan peradangan.
Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Prof. Eky S Soemantri, dalam kesempatan tersebut menambahkan, infeksi gigi berlubang dapat memperburuk kondisi kesehatan ibu hamil. Gigi berlubang bisa memicu kelahiran prematur, kontraksi dini dan bayi terlahir dengan berat badan rendah.
"Gangguan pada mulut ini mengakibatkan asupan makanan ibu hamil tidak baik. Suplai makanan yang tidak baik ini berpengaruh pada bayinya. Apalagi kalau di dalam mulut terjadi gigi yang infeksi, maka anaknya pun bisa kena. Kesimpulan ini didapatkan dari penelitian baik di Indonesia maupun dari luar," ujarnya.
asalah gigi berlubang merupakan satu dari sekian banyak penyakit pada manusia yang sering terjadi. Namun, masih banyak yang menyadari bahwa lubang pada gigi umumnya terjadi karena adanya penularan bakteri yang disebutStreptococcus mutan.
Streptococcus mutan biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk email gigi.
"Kalau orang lahir tidak ada bakteri Streptococcus mutan, tapi biasanya ini ditularkan dari ibu, atau dari teman," ujar drg Anton Rahardjo, MKM, PhD, dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, di Jakarta, Kamis (23/6/2011).
Streptococcus mutan merupakan jenis yang paling banyak menyebabkan gigi berlubang di seluruh dunia dari semua Streptococcus oral lainnya. Bakteri ini bertahan hidup dari suatu kelompok karbohidrat yang berbeda. Saat gula dimetabolisme dengan sumber energi lainnya, mikroba menghasilkan asam yang menyebabkan rongga pada gigi.
Usia antara 11-33 bulan, menurut Anton, adalah masa yang rawan terjadinya penularan tersebut. Dengan demikian, apabila pada rentan usia tersebut seorang anak tidak tertular bakteri, ke depannya kecil kemungkinan mereka akan mengalami risiko gigi berlubang.
Penularan bakteri perusak gigi pada anak, lanjut Anton, paling sering disebabkan karena adanya kebiasaan masyarakat yang selama ini tidak pernah disadari. Misalnya, saat ibu memberikan anaknya makan, si ibu biasanya akan yang terlebih dahulu mencicipi apakah sudah dingin atau tidak. Selain itu, bisa juga karena orang tua yang sering menciumi anaknya, terutama di mulut.
"Ini yang menyebabkan bakteri pada ibu tadi tertular ke anak," singkatnya.
Anton memaparkan, gigi berlubang juga dapat berpengaruh pada perkembangan otak (kecerdasan) dan gizi seorang anak. "Ada penelitian di Filipina menemukan ada hubungan antara lubang gigi dengan indeks masa tubuh. Jadi, kalau banyak lubangnya cenderung kurus. Dan, gigi yang hilang juga ada hubungannya dengan intelektual," jelasnya.
Menurut Anton, saat ini banyak penelitian-penelitian yang mengarahkan kesehatan gigi dengan kualitas hidup seseorang. "Ketika gigi itu tumbuh, harus dijaga jangan sampai lubang. Dari kecil anak harus sudah sikat gigi. Gigi lubang ada tiga penyebabnya, karbohidrat, gigi, dan kuman. Kalau tiga-tiganya nempel maka jadi lubang," tandasnya.